Dalam satu dasawarsa sebelum pencanangan revitalisasi Gerakan Pramuka, perhatian dan dukungan pemerintah mulai berkurang, gejolak politik Indonesia memanas berpengaruh terhadap keberadaan Gerakan Pramuka, media seolah lebih terfokus pada hal-hal yang bersifat politik. Selain itu eksistensi Gerakan Pramuka terpengaruh oleh pergeseran pola pikir masyarakat.
Gerakan Pramuka seolah hanya menjadi organisasi yang menerapkan kedisiplinan dan kurang memberikan manfaat bagi kaum muda. Gerakan Pramuka dianggap sebagai organisasi yang jauh dari nilai-nilai modernisasi atau tren yang berkembang di dunia. Ini merupakan tantangan utama, bagaimana menempatkan kembali Gerakan Pramuka sebagai centre of excellence bagi kaum muda.
Tantangan lainnya adalah bagaimana menanamkan kembali nilai-nilai kepramukaan ke dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat serta menyesuaikan materi kegiatan Gerakan Pramuka dengan paradigma-paradigma baru yang tumbuh di masyarakat.
Tatanan dunia global bangsa dan negara membutuhkan kaum muda yang memiliki jiwa patriotisme, berwawasan global, memiliki karakter dan kepribadian yang luhur serta menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan Indonesia. Hal ini guna menghadapi tantangan dalam era globalisasi yang memberikan pengaruh di segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam upaya menghadapi persaingan global, Gerakan Pramuka berperan serta dalam pembentukan karakter dan kepribadian yang luhur serta mendidik kaum muda menjadi generasi yang mandiri dan tangguh.
Dinamika Gerakan Pramuka yang pasang surut ini merupakan bukti nyata bahwa Gerakan Pramuka memerlukan suatu rencana jangka panjang yang komprehensif, terintegrasi dan melembaga sebagai arah dan pedoman dalam penyusunan dokumen perencanaan strategik dan dokumen lainnya untuk merencanakan dan mengembangkan karakter pramuka sebagai aset bangsa.
Rencana jangka panjang yang komprehensif, terintegrasi dan melembaga ini dituangkan dalam bentuk penyusunan Arah Kebijakan Gerakan Pramuka Tahun 2014-2045.